Overthinking: Ciri, Faktor Penyebab, Dampak, dan Bagaimana Mengatasinya

Pikirkan yang perlu dipikirkan.

Hai semuanya! Pernahkah kalian merasa terjebak dalam perangkap berpikir berlebihan  yang membuat kalian khawatir dan stres? Jika iya, kemungkinan besar itu adalah overthinking. Mari kita bahas beberapa ciri-ciri dan faktor penyebabnya yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana mengatasinya.

Misalnya, bayangkan kamu mendapat undangan pesta ulang tahun seorang teman. Seharusnya hal itu membuatmu senang, kan? Tapi, bukannya merasa antusias, pikiranmu malah dipenuhi dengan pertanyaan: “Apa yang harus aku pakai?”, “Apakah aku akan diterima dengan baik oleh teman-teman?”, “Bagaimana jika aku tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara?”. Itu adalah contoh nyata dari overthinking yang sering dialami seseorang.

Jadi, apa sebenarnya overthinking itu? Overthinking adalah kecenderungan untuk terus-menerus memikirkan dan menganalisis situasi, bahkan ketika sudah jelas dan tidak perlu lagi. Hal ini dapat menyebabkan stres berlebihan, kecemasan, dan bahkan membuat keputusan menjadi sulit.

Ciri-ciri overthinking mungkin terlihat seperti ini: Pertama, kamu cenderung memikirkan situasi berulang-ulang tanpa henti. Misalnya, ketika kamu membuat kesalahan kecil, kamu terus-menerus memutar balik peristiwa tersebut di kepala dan bertanya-tanya apa yang seharusnya kamu lakukan. Kedua, kamu merasa sulit untuk mengambil keputusan karena terlalu banyak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Ketiga, kamu sering merasa cemas atau gelisah tanpa alasan yang jelas, karena pikiranmu terus menerus berputar mengenai masa depan.

Lalu, apa faktor penyebab overthinking ini? Salah satunya adalah ketakutan akan kegagalan atau penolakan. Misalnya, kamu mungkin terlalu khawatir tentang apa yang akan dikatakan orang lain tentang pilihan hidupmu atau keputusan yang kamu buat. Hal ini dapat membuatmu terjebak dalam analisis berlebihan dan meragukan diri sendiri. Selain itu, tekanan dari lingkungan sekitar, seperti tuntutan pekerjaan atau harapan orang tua, juga bisa menjadi pemicu overthinking.

Tidak hanya itu, kebiasaan berpikir negatif juga dapat memperkuat pola pikir overthinking. Misalnya, kamu cenderung melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang pesimis dan terlalu fokus pada kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Ini bisa membuatmu terjebak dalam siklus pikiran yang tidak sehat dan sulit untuk melihat sisi positif dari suatu situasi.

Overthinking bisa memiliki dampak negatif yang signifikan. Mulai dari merusak kesehatan mental kita dengan meningkatkan tingkat stres dan kecemasan, hingga menghambat kita untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam hidup. Selain itu, overthinking juga dapat mengganggu hubungan sosial kita karena kita cenderung menjadi terlalu khawatir atau tidak percaya diri.

Bagaimana cara mengatasi overthinking? Pertama, kita perlu belajar untuk mengenali pola pikir kita yang berlebihan. Sadari ketika pikiran kita mulai melayang-layang tanpa henti. Kemudian, cobalah untuk fokus pada solusi daripada terjebak dalam siklus berpikir yang tidak produktif.  Temukan teknik penenang diri yang cocok untukmu, seperti meditasi atau olahraga. Dan yang terpenting, ingatlah bahwa kamu tidak sendirian dalam perjuangan ini.. Bicarakan perasaanmu dengan orang terdekat atau temui seorang profesional jika perlu. Belajarlah untuk merelaksasi diri dan hidup di saat ini, daripada terjebak dalam khayalan masa lalu atau masa depan.

Sebagai penutup, ada sebuah kutipan yang menginspirasi dari Marcus Aurelius yang mengatakan, “Jika kamu sedang sibuk menetapkan aturan bagi dirimu sendiri, jangan biarkan pikiranmu kosong tanpa refleksi atau penuh dengan khayalan yang tak terbatas.” Mari kita belajar untuk mengendalikan pikiran kita dan tidak membiarkan overthinking menghalangi kita untuk mencapai yang terbaik dalam hidup. Terima kasih telah membaca!

You May Also Like